The Tabuhan Island Pro Kiteboarding 2015 event will be held on Tabuhan Island from August 22 - 23. Tabuhan Island is a flat water paradise with beautiful white beaches and turquoise water and above all has steady winds of 20+ knots from May until the end of October.
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, akan menggelar Festival Perkusi dan Orkestra Anak di Gelanggang Seni dan Budaya (Gesibu) Blambangan pada 1 Agustus dalam rangkaian Banyuwangi Fetival 2015.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda di Banyuwangi, Kamis (30/07/2015) mengatakan festival itu meliputi pertunjukan musik dari 100 pemain musik cilik.
Anak-anak yang tergabung dalam grup musik Radhen Pupus itu akan memainkan berbagai alat musik tradisonal, seperti angklung, kendang, rebana, gendang, drum dan seruling, serta alat musik modern seperti gitar, harmonika, dan tamborin.
Mereka akan memainkan alat-alat musik tersebut dalam sebuah orkestra. Pesinden cilik andalan Banyuwangi akan membawakan lagu-lagu tradisional Banyuwangi dalam pertunjukan itu.
Anak-anak Banyuwangi akan membawakan 12 lagu-lagu khas Suku Using (masyarakat asli Banyuwangi) seperti Padang Ulan, Ulan Andhung-andhung, Layangan, dan Angklung Caruk serta lagu-lagu daerah baru dalam festival itu.
"Kegiatan ini digelar dengan tujuan untuk terus menumbuhkan dan menjaga keberlangsungan musik trasidional Banyuwangi yang mulai tergerus musik modern saat ini. Kami pun berharap anak-anak kembali mencintai musik tradisonal dan akan terus mengembangkannya," kata Bramuda.
Pertunjukan musik itu diagendakan akan dihadiri oleh Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Gusti Kanjeng Ratu Hemas dan anggota DPD Emilia Contessa.
"Di konser ini Emilia Contessa akan menyanyikan lagu Isun Lare Osing yang akan diiringi orkestra anak-anak," kata Bramuda tentang artis kelahiran Banyuwangi yang kini terjun ke dunia politik dengan menjadi anggota DPD. (*)
Banyuwangi - Suku Using di Banyuwangi, Jawa Timur punya ritual tersendiri sebagai tanda rasa syukur sekaligus tolak bala. Seblang, begitu nama ritual tersebut, digelar di Desa Olahsari, Kecamatan Glagah. Ritual yang sakral dan magis!
Suku Using Banyuwangi menggelar ritual Seblang Olehsari di bulan Syawal. Ini Sebuah tradisi ungkapan rasa syukur atas keselamatan desa kepada leluhur. Prosesi ritual adat ini digelar di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Jum’at (24/7/2015). Ritual adat tahunan ini merupakan agenda Banyuwangi Festival 2015.
Ritual Seblang ini akan digelar selama 7 hari berturut turut hingga 30 Juli 2015. Setiap harinya akan dimulai pukul 14.00 WIB dan berakhir menjelang Maghrib.
Ritual yang bertujuan untuk memohon keselamatan itu berlangsung sakral dan magis. Diawali seorang pawang membawa penari ke panggung pertunjukan untuk memasang mahkota berupa omprok yang dihiasi janur kuning dan beberapa macam bunga segar di atasnya. Setelah itu para pawang membacakan mantra untuk memasukkan roh Sang Hyang ke dalam tubuh sang penari.
Pada tahun ini, penari Seblang jatuh kepada gadis muda, Fidyah Yuliaty. Fidyah yang memiliki garis keturunan Seblang ini adalah pelajar kelas 3 SDN 1 Glagah. Penari Seblang bukanlah penari biasa, yang bisa membawakan tarian ini hanyalah gadis muda yang disebut memiliki darah Seblang dari penari-penari sebelumnya.
"Di Banyuwangi tradisi Seblang ada dua, Seblang Olehsari dan Seblang Bakungan. Tradisi Seblang Olehsari digelar di bulan Syawal dan dibawakan oleh gadis muda. Sementara Bakungan digelar di setiap bulan Dzulhijjah setelah Idul Adha, penarinya adalah Seblang tua yang sudah menopause," ujar Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, MY Bramuda kepada detikcom.
Untuk menarikan Seblang, seorang penari harus kerasukan roh dari leluhur. Proses masuknya roh ini diiringi 28 lantunan gending, yang diawali Gending Lukinto. Gending ini dipercaya oleh masyarakat Olehsari sebagai pemanggil arwah atau sebuah kekuatan halus untuk datang ke ritual seblang.
Pada hari ke-7 nanti, Seblang akan diarak keliling desa yang disebut 'ider bumi'. Dia akan berjalan beriringan bersama pawang, sinden, dan seluruh perangkat menuju empat penjuru. Penjuru tersebut adalah Situs Mbah Ketut yang dianggap awal berdirinya desa Olehsari, lahan Petahunan, Sumber Tengah dan berakhir di Balai Desa. Prosesi itu mengakhiri ritual Seblang Olehsari.
Meski digelar setiap tahun, daya pikat ritual Seblang Olehsari ini cukup tinggi. Ribuan masyarakat tampak hadir menyaksikan salah satu tradisi adat suku Using ini. Meski sinar matahari terik, masyarakat dan wisatawan berbaur asyik menikmati tarian magis ini.
"Saya sempat ikut menari soalnya kena sampur dari penari Seblang. Seneng juga agak grogi juga tadi," ujar Devi penunjung dari Genteng.