Festival Batik Banyuwangi 2015 Angkat Tema Paras Gempal
By SEMANGAT BANYUWANGI - Oktober 08, 2015
"Setiap motif batik Banyuwangi memiliki filosofi yang tinggi. Paras adalah batu cadas dan gempal artinya runtuh. Jika disatukan, paras gempal bermakna kerukunan terhadap sesama," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Rabu.
Ia menjelaskan tahun-tahun sebelumnya, kegiatan itu mengambil tema berbeda. Pada Festival Batik Banyuwangi 2013 dan 2014 tema yang diangkat adalah motif batik Gajah Uling dan Kangkung Setingkes.
Anas menegaskan bahwa festival ini merupakan ajang untuk mengeksplorasi khazanah kekayaan batik lokal dan industri kreatif di Banyuwangi.
"Pergelaran BBF (Banyuwangi Batik Festival) ini merupakan wujud komitmen pemerintah dan masyarakat Banyuwangi dalam menumbuhkembangkan kekayaan budaya lokal, khususnya batik agar semakin diminati masyarakat, baik untuk fashion maupun sebagai indentitas daerah," ujarnya.
Kegiatan ini, kata dia, juga sebagai ikhtiar Banyuwangi dalam mempromosikan batik lokal ke khalayak luas agar perekonomian para perajin batik semakin terangkat.
Ia menjelaskan bahwa batik kini bukan lagi menjadi "fashion" yang ketinggalan zaman atau bagian dari gaya lawas, tapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup masa kini dan menjadi tren ke depan.
"Tren ini harus dijawab dengan keseriusan semua elemen, termasuk pemerintah daerah untuk mendorong pengembangan batik, baik dari sisi desain, kemasan kegiatan, maupun aspek ekonominya. Itu semua kita wujudkan melalui Banyuwangi Batik Festival," ujar Anas.
Melalui kegiatan festival, lanjut Anas, pemerintah ingin memberikan kesempatan bagi para pelaku industri batik daerah untuk mendapatkan inspirasi baru dalam mengembangkan batik daerah. Ajang ini juga menjadi media yang strategis bagi para pengusaha batik untuk bertemu dengan pasar batik yang lebih luas.
"Kami ingin perajin batik lokal mendapatkan pengalaman yang menginspirasi dan bisa membawa batik Banyuwangi naik ke level yang lebih tinggi. Apalagi Februari 2015 Batik Banyuwangi telah hadir di ajang peragaan busana prestisius, Indonesia Fashion Week. Semua upaya kami ini ujungnya adalah peningkatan kesejahteraan bagi pelaku industri batik itu sendiri," tutur Anas.
Sementara Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan Hary Cahyo Purnomo mengatakan festival batik yang telah memasuki penyelenggaraan tahun ketiga ini memiliki rangkaian kegiatan yang beragam, mulai lomba desain batik, lomba busana batik, lomba mencanting, pameran dan promosi batik, peragaan busana batik di pedestrian, dan puncaknya "BBF Fashion Show".
"Kami sengaja membuat rangkaian kegiatan yang bisa mewadahi setiap proses dalam industri batik, mulai proses kreatif pembuatan desainnya sampai pertunjukkan hasil jadinya. Semuanya kami lombakan kecuali pameran untuk memberikan motivasi agar batik banyuwangi semakin berkembang dan inovatif," ucap Hary.
Untuk memberikan inspirasi bagi pelaku industri batik lokal, Pemkab Banyuwangi kembali menghadirkan desainer batik nasional, yakni Pricilla Saputro dan Irma Lumiga. Pricilla merupakan desainer batik nasional yang salah satunya terlibat dalam merancang busana Miss Universe dan Puteri Indonesia. Sedangkan Irma Lumiga adalah desainer asli Banyuwangi yang telah sukses di Bali.
"Mereka berdua akan memberikan inspirasi dengan menjadi juri pada lomba desain batik. Selain itu mereka juga merancang busana batik Banyuwangi yang akan diperagakan di atas catwalk BBF 2015," tutur Hary.
Finalis dan Putri Indonesia 2015 Anindya Kusuma Putri akan menjadi salah satu peragawati yang membawakan karya-karya mereka. Sehari sebelum helatan akbar BBF, akan digelar peragaam busana di pedestrian, Jumat (9/10). Peragaan busana yang digelar di ruas pejalan kaki di Taman Blambangan ini akan diikuti puluhan model yang membawakan busana rancangan para desainer lokal Banyuwangi. (*)