Prestasi Anas di Banyuwangi: Pariwisata Naik 375%, Kemiskinan Sisa 9,2%
By SEMANGAT BANYUWANGI - April 09, 2016
"Pariwisata masih menjadi umbrella (payung red) untuk menggerakkan sektor ekonomi mikro di daerah. Dengan banyaknya orang datang, makan minum, belanja akan tumbuh tinggi," kata Anas saat berbincang, Jumat (8/4/2016).
Pariwisata menjadi sektor yang diandalkan Banyuwangi untuk meningkatkan pendapatan daerah. Bupati Anas tak takut daerahnya bersaing dengan Bali yang hingga saat ini masih menjadi destinasi wisata utama di Indonesia.
Dari data terakhir, kata mantan anggota DPR ini, jumlah wisatawan mancanegara yang melancong ke Banyuwangi meningkat lebih dari 300 persen.
"Pariwisata yang dibangun di Banyuwangi itu ecotourism. Pariwisata berbasis alam, dan ini segmented untuk orang-orang yang suka alam, petualangan. Dan, ini tumbuh terus trendnya, sekarang tumbuh 375 persen untuk pariwisata," ujar bupati berusia 42 tahun itu.
Menggeliatnya sektor pariwisata tak bisa lepas dari pembangunan infrastruktur di sejumlah obyek wisata Banyuwangi. Konsep natural dipertahankan, tinggal ditambah sentuhan perbaikan infrastruktur. Misalnya, perbaikan akses jalan menuju obyek wisata pantai. Selain itu, penambahan panjang landasan bandara di Banyuwangi juga terus diupayakan.
"Untuk bandara sudah kita perpanjang menjadi 2.250. Jadi, panjang landasan Banyuwangi sudah seperti Yogya. Dalam jangka panjang flight Jakarta-Banyuwangi bisa tumbuh," sebutnya.
Kemudian, pembangunan homestay sebagai penarik wisatawan untuk berkunjung juga digenjot. Beberapa lokasi yang jadi perhatian di Banyuwangi adalah Kawah Ijen dan Red Island.
"Salah satu ini potensi dan tantangan, jelas karena tradisi masyarakat berbeda dengan Bali. Maka konteks produk dan budayanya juga agak berbeda. Sehingga kalau orang ingin menemukan sesuatu yang berbeda dari Bali, tinggal orang nyeberang saja ke Banyuwangi. Tapi, tinggal kita jaga juga alamnya," tutur eks anggota DPR itu.
Sektor lain yang digenjot Bupati Anas adalah produksi hortikultura. Di periode pertama, Banyuwangi berhasil meningkatkan beberapa produk buahnya seperti manggis, buah naga, melon, dan jeruk.
Untuk mendukung sektor ini, berbagai acara baik itu tingkat kabupaten hingga lingkungan RT serta RW di Banyuwangi dilarang menyuguhkan buah impor. Terobosan ini membawa hasil produksi yang meningkat dan membuat masyarakat bangga terhadap hasil kebunnya.
"Produksi hortikultura kita naik tajam. Sudah 5 tahun ini kita melarang acara bupati sampai RT/RW, tidak boleh menyuguhkan buah impor. Dan, ternyata hasilnya luar biasa, lumayan meningkat," tuturnya.
Terobosan lain Bupati Anas adalah menggelar berbagai ajang festival. Tujuannya selain memperkenalkan Banyuwangi kepada wisatawan mancanegara, juga menjadi identitas kebanggaan bagi masyarakat lokal terutama anak muda. Contohnya seperti Banyuwangi Festival, Banyuwangi Ethno Carnival, sampai Tour de Ijen.
"Slogan kami ingin masyarakat muda bangga dengan budayanya. Makanya kita bikin festival, dan sekarang anak-anak muda bangga dengan budaya Banyuwangi," katanya.
Kemudian, yang jadi prioritas lain adalah mengurangi disparitas antar wilayah dengan menekan angka kemiskinan. Upaya Anas yang dirasakan adalah tetap menggerakkan sektor UMKM, namun tetap memperhatikan pertumbuhan pasar modern.
Untuk ritel modern ada aturan yang harus diikuti.
"Sudah lima tahun, Alfamart, Indomaret tak kita izinkan di desa-desa. Ternyata income per kapita rakyat miskin naik. Dari 14,7 juta menjadi naik 33,6 juta. Nah, ini akan kita terus dorong," paparnya.
Perjuangan Bupati Anas di periode pertama ini membuahkan hasil dengan bisa mengurangi angka kemiskinan. Bila awal menjabat angka kemiskinan di Banyuwangi 20,4 persen, sekarang tinggal 9,2 persen.
"Kita akan terus bergerak lagi. Dan policy untuk mengizinkan pasar-pasar modern tetap kita jaga. Mainset yang sama, infrastruktur akan kita dorong karena termasuk bandara kita kerjasama dnegan pemerintah pusat. Dan, ini akan kita terus dorong," ujarnya.