Tampil di Indonesia Fashion Week, Batik Banyuwangi Siap Rambah Pasar Asia
By SEMANGAT BANYUWANGI - Februari 06, 2017
Jakarta - Salah satu pergelaran fesyen ternama di Asia, Indonesia Fashion Week (IFW), menampilkan beragam batik Banyuwangi. Peragaan busana dihelat di Jakarta Convention Center, Sabtu (4/2/2017). Kekayaan motif batik tanah Blambangan hasil karya para perajin lokal ditampilkan di hadapan desainer, pelaku industri fesyen, dan penggemar mode. Peragaan busana dihadiri Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Poppy Dharsono, Putri Indonesia Kezia Waraouw, Duta besar Argentina untuk Indonesia Ricardo Luis Bocalandro, dan para perancang mode Tanah Air.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengapresiasi langkah Pemkab Banyuwangi mendorong batik lokal tampil di ajang berpengaruh seperti IFW, sehingga produk-produk Banyuwangi termasuk batik makin dikenal dan diminati. "Strategi Banyuwangi melibatkan UMKM di ajang nasional seperti ini bisa membuka pasar bagi pelaku UMKM. Di situ memang peran pemerintah membuka jalan bagi perajin lokal agar produknya dikenali dan laris. Saya cek kualitas produk UMKM Banyuwangi memang oke, jadi tahun ini beberapa UMKM terpilih akan difasilitasi Kementerian Perdagangan untuk promosi membuka pasar di luar negeri, antara lain di Abu Dhabi, Taiwan, dan Qatar yang pasarnya sedang tumbuh," kata Enggartiasto. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, setelah terus dilatih dan dikoneksikan dengan para desainer profesional, kini tiba saatnya perajin batik banyuwangi lebih menasional dan mengglobal. "Ini merupakan bukti bahwa negara hadir menjembatani dan memfasilitasi para perajin lokal, para usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) batik daerah, untuk bisa memperluas pasar dan terlibat dalam rantai pasok industri fesyen nasional," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Peragaan busana batik banyuwangi ini dibuka dengan penampilan 50 penari gandrung, tari khas Banyuwangi. Peragaan bertema Sekar Jagat Banyuwangi tersebut dibuka model yang membawakan kebaya berbalutkan jarit khas Banyuwangi. Jarit yang ditampilkan mengusung warna-warni glamor. Kain batik dengan warna kuning emas, merah, dan hijau menjadi warna dominan. Mulai dari busana ready to wear hingga Houte Couture (adi busana) terlihat cantik dalam paduan batik warna-warna glamor. Desainer Irma Lumiga menambahkan, tema Sekar Jagat Banyuwangi dipilih karena memberi makna keanekaragaman motif batik khas Banyuwangi. "Sekar Jagat Banyuwangi ini menggambarkan keindahan dan keanekaragaman potensi yang mengharumkan Bumi Blambangan," kata Irma. Motif batik Sekar Jagat, menurut Irma, memiliki aura kewibawaan para pembesar tempo dulu dan para revolusioner di masa perjuangan Kerajaan Blambangan, cikal bakal Banyuwangi.
Menyimpan pesan kearifan lokal masyarakat, sebagai warisan luhur yang harus dilestarikan oleh generasi penerus. "Sekar Jagat berisikan ajakan membentuk manusia ke arah ketauladanan," kata Irma yang busana rancangannya telah banyak diekspor ke luar negeri. Duta besar Argentina untuk Indonesia Ricardo Luis Bocalandro mengatakan, pihaknya hadir untuk menghormati batik Banyuwangi. "Saya pertama melihat batik banyuwangi beberapa waktu lalu saat ditampilkan bersama tari tango khas negara kami. Dan saya sangat suka," kata Ricardo. IFW sendiri merupakan ajang yang digelar atas kolaborasi para perancang yang tergabung dalam Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI). IFW merupakan salah satu pekan mode yang berpengaruh di kawasan Asia. IFW banyak dijadikan rujukan bagi para profesional yang berkecimpung di dunia mode, seperti stylist, model, agensi, dan lainnya.
BANYUWANGI - Kabupaten Banyuwangi kembali menggelar Banyuwangi Festival 2017. Ajang wisata sepanjang tahun yang digelar rutin sejak 2012 ini menghadirkan beragam event menarik yang tahun ini jumlahnya mencapai 66 event.
Banyuwangi Festival (B-Fest) tetap akan menyajikan event besar yang telah menjadi ikon daerah, seperti Internasional Tour de Banyuwangi Ijen (27-30 September) Banyuwangi Ethno Carnival (11 November), Festival Gandrung Sewu (8 Oktober), Banyuwangi Beach Jazz Festival (2 September), dan Jazz Ijen (6-7 Oktober).
Selain itu, ada deretan event anyar yang akan menjadi magnet baru pariwisata Banyuwangi. Di antaranya adalah Banyuwangi Sail Yacht Festival (15 September) dan Festival Bambu (12-13 Mei).
“Banyuwangi Festival kami hadirkan tiap tahun ibarat rangkuman bagi segenap potensi Banyuwangi, mulai seni dan budaya, kekayaan alam, dan kreativitas rakyat. Berbagai event anyar terus kami sajikan karena rakyat Banyuwangi terus berkreasi mengeksplorasi potensi dan talenta seni budayanya. Tahun ini bakal lebih kaya kandungan budaya dan potensi kreativitas masyarakat," kata Anas.
B-Fest akan resmi dirilis Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, besok Rabu (25/1) di desa Banjar, Kecamaan Licin Banyuwangi. Bersamaan dengan pembukaan B-Fest, digelar pula Festival Sedekah Oksigen dan Festival Jeding Rijig (toilet bersih) sebagai event pembuka di tempat yang sama.
Anas mengatakan, Banyuwangi Festival digelar setiap tahun bukan hanya untuk mendongkrak sektor wisata, tetapi sekaligus upaya untuk mewadahi dan menumbuhkan kreativitas rakyat Banyuwangi.
"Seperti tahun ini kami menggelar event baru, Festival Sastra (26 -30 April) dan Festival Teknologi Inovatif (19-22 Juli). Tujuannya tak lain untuk merangsang minat anak muda pada sastra dan inovasi teknologi. Kalau difestivalkan, tumbuh perhatian pada dua bidang tersebut," ujar Anas.
Anas menambahkan, B-Fest 2017 akan menjadi ajang istimewa bagi industri fesyen daerah. Tahun ini ada 5 event untuk memamerkan potensi desainer daerah, mulai dari ajang Indonesia Fashion Week (4 Februari), Green & Recycle Fashion Week (25 Maret), Kebaya Festival (22 April), Banyuwangi Batik Festival (29 Juli), dan Banyuwangi Fashion Festival (14 Oktober).
“Kami ingin para pelaku industi fesyen Banyuwangi semakin maju, mampu meningkatkan kualitas produknya sekaligus memperluas jangkauan pasarnya,” ujar Anas.
B-Fest 2017 juga makin semarak dengan hadirnya event-event baru yang menjadi wadah bagi kreativitas anak muda dan mendorong sektor ekonomi kreatif. Seperti Festival Video Kreatif (26 Juli) yang menampilkan potensi tiap desa dan Festival Dandang Sewu (4-5 Agustus) yang menyajikan kreasi di sentra produksi alat masak. “Kami ingin Banyuwangi Festival menjadi wadah bagi pemberdayaan anak muda dan ekonomi masyarakat,” cetusnya.
Sejumlah tradisi asli Banyuwangi juga difestivalkan antara lain Barong Ider Bumi (26 Juni), Seblang (30 Juni & 5 September), Tumpeng Sewu (24 Agustus), Kebo-keboan (14 September & 1 Oktober), hingga Petik Laut (4 & 23 Oktober).
”Kami juga menggelar Agro Expo (13-20 Mei), Festival Durian (20 Mei), dan Fish Market (3 Oktober) untuk menguatkan dan mempromosikan produk pertanian serta perikanan. Misalnya, bakal ditampilkan durian merah yang menjadi buah khas Banyuwangi,” ujar Anas.
Dari sisi sport tourism, selain International Tour de Banyuwangi Ijen (27-30 September), ada Banyuwangi International Ijen Green Run (23 Juli), Banyuwangi International BMX (22-23 April), dan Kite and Wind Surfing Competition di Pulau Tabuhan (26-27 Agustus).
Selain itu, B-Fest masih diwarnai Festival Toilet Bersih, Festival Sedekah Oksigen, dan Festival Sungai Bersih yang digelar sepanjang tahun. Tak lupa ada Festival Banyuwangi Kuliner (12 April) dan Festival Kopi (18 Oktober).
"Tahun ini Festival Kuliner mengangkat pecel pithik, salah satu kuliner khas masyarakat Suku Osing Banyuwangi. Kuliner kami angkat agar makin dikenal dan wisatawan bisa bertamasya rasa di depot-depot Banyuwangi,” pungkas Anas.