Petilasan sejarah masuknya ajaran hindu di tanah Blambangan
By SEMANGAT BANYUWANGI - Agustus 17, 2020
Petilasan sejarah masuknya ajaran hindu di tanah blambangan
Candi Agung Gumuk Kancil terletak di Dusun Wonoasih, Desa Bumiharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi. Candi bermotif Prambanan itu digarap selama 132 hari dengan dana Rp 150 juta. Diresmikan pada 11 Agustus 2002.
Keberadaan Candi Agung Gumuk Kancil tidak lepas dari sosok Maha Rsi Markandeya, tokoh spiritual abad ke-7 masehi. Sebelum hijrah ke Bali, Rsi Markandeya hidup dan memiliki pasraman di lereng Gunung Raung, Banyuwangi.
Zaman dulu di sepanjang lereng Raung dipercaya menjadi wilayah pasraman yang ditempati masyarakat Jawa Aga (sebutan untuk masyarakat yang tinggal di lereng selatang gunung Raung). Pasramannya dikenal dengan sebutan Diwang Ukir Damalung membentang dari Banyuwangi hingga Besuki, Situbondo. Komunitas Hindu di lereng Raung tersebar di dua dusun, Sugihwaras dan Wono Asih, Desa Bumiharjo, Kecamatan Glenmore. Dua dusun terpencil ini berlokasi di lereng selatan Raung.
Kepastian bekas kehidupan Resi Markandeya di lereng Raung diketahui warga sekitar tahun 1966. Saat itu Agama Hindu sedang berkembang setelah terjadi pergolakan politik peristiwa G 30 S/PKI. Pengikut ajaran kejawen memilih Hindu sebagai patokan sembahyang. Setelah itu, warga yang hidup di pinggir hutan Raung, tepatnya di Gumuk Kancil menemukan sebuah genta terbuat dari kuningan.
Sejak itu, sejumlah peralatan sembahyang lainnya sering ditemukan, seperti arca Siwa. Kebanyakan barang itu terbuat dari bahan kuningan. Warga juga banyak menemukan perabot rumah tangga seperti cangkir, uang kepeng, tempat tirta, kendi. Hampir seluruh benda itu ditemukan dalam timbunan tanah.
Warga pun menemukan bekas bangunan candi di tengah hutan, terbuat dari batu padas berukir indah. Sebuah arca Siwa lingam juga ditemukan di tempat ini. Lokasinya di tengah hutan Gumuk Payung, Kecamatan Sempu, sekitar lima kilometer arah timur lereng Raung.
Bagi umat Hindu Sugihwaras, Rsi Markandeya menjadi panutannya. Untuk mengenang ajarannya, umat setempat membangun sebuah candi di Gumuk Kancil. Bentuknya menyerupai batu di atas bukit. Letaknya menghadap ke puncak gunung. Umat Hindu meyakini inilah bekas tempat pertapaanya Rsi Markandeya.
Candi di Gumuk Kancil itu terbuat dari batu andesit yang konon didatangkan dari puncak Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Gunung Agung di Bali, dibangun tahun 2001. Arsiteknya tokoh spiritual kejawen yang juga juru kunci Candi Prambanan, Yogyakarta, Dulhamid Jaya Prana. Berdirinya candi bertepatan dengan purnama kanem penanggalan Jawa.
Batu yang digunakan di Candi Agung Gumuk Kancil diusung dari Gunung Agung Bali dan Muntilan, Jawa Tengah. Jenis batu dari Gunung Agung adalah andesit. Batu tersebut sengaja didatangkan dari Bali dan Jateng, dengan maksud menyatukan kembali tali perkawinan putri Gunung Agung dengan putra Jawa Tengah. Selain itu, dengan perpaduan ini ada maksud ingin mengembalikan sejarah perjalanan ritual Maha Rsi Markandeya yang dimulai dari Jawa menuju Bali. Candi Agung Gumuk Kancil sengaja bermotif Prambanan karena Prambanan dikenal sebagai candi terbesar umat Hindu. Karena itu candi ini menjadi simbol persatuan Jawa-Bali.
#semangatbanyuwangi
#majesticbanyuwangi
#banyuwangi