Menghilangkan Banyuwangi sebagai 'Daerah Santet'
By SEMANGAT BANYUWANGI - April 30, 2015
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu-dua tahun pertama menjabat sebagai bupati Banyuwangi pada 2010, Abdullah Azwar Anas banyak dicibir karena kebijakannya yang dianggap sok jagoan.
Misalnya, melarang pembangunan pusat-pusat hiburan malam, hotel kelas melati, minimarket dan mal di pusat kota, serta menutup 13 titik lokalisasi. Dia juga berambisi membuat Banyuwangi tak lagi sekedar menjadi terminal persinggahan bagi wisatawan yang hendak berlibur ke Pulau Bali.
Konsep Anas dianggap aneh, karena orang masih menganggap pembangunan daerah tujuan wisata harus didukung investasi sektor hiburan yang ingar-bingar. Pantang bagi pria kelahiran 6 Agustus 1973 itu meniru bulat-bulat atau memfotokopi pembangunan wisata di daerah lain.
Dari situ Anas berupaya meyakinkan jajarannya, bahwa bukan wisata hiruk pikuk yang cocok untuk Banyuwangi, melainkan ekowisata yang senyap bernafaskan budaya lokal.
Meskipun terkesan menggembar-gemborkan pembangunan pariwisata, Anas, tidak melupakan sektor perekonomian yang lain. Justeru, bagi dia, pariwisata hanya strategi untuk membuka jalan perekonomian di berbagai sektor. Selain itu, dia ingin menghilangkan Banyuwangi sebagai 'daerah santet'. Anas mengembangkan teknologi di kabupaten yang terletak paling ujung timu Pulau Jawa itu.
Pada 2013, Banyuwangi mendapatkan status sebagai Kota Digital dengan 1.100 titik internet nirkabel, yang berkembang hingga mencapa 1.900 titik. Selain memudahkan pelayanan publik, , sambungan internet juga menjadi sarana warga untuk bisnis daring, sehingga mendorong ekonomi kreatif.
Hasil dari semua itu, menjalang akhir periode masa jabatannya, Banyuwangi meraih berbagai pencapaian dan prestasi. Angka kemiskinan berkurang signifikan, dari 20,09 persen pada 2010, menjadi 9,57 persen pada 2014.
Jumlah PAD yang pada 2010 hanya Rp 84 miliar melonjak tajam di angka Rp 249 miliar pada 2014. Selain itu, APBD bertambah dari 1,4 triliun pada 2010 menjadi 2,5 triliun pada 2015.
Namun bagi Anas, PAD bagi saya nomor sekian. Yang terpenting baginya adalah rakyat Banyuwangi menjadi manusia-manusia yang bahagia lahir dan batin.
"Peningkatan PAD Kabupaten Banyuwangi bagi saya adalah nomor sekian. Yang penting bagi saya intinya adalah bisa membuat rakyat bahagia lahir dan batin," kata Anas.
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/15/04/30/nnluuk-menghilangkan-banyuwangi-sebagai-daerah-santet
0 komentar