Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Senin (14/09/2015) mengatakan pelatihan itu dalam upaya meningkatkan kualitas mutu dan keamanan produk makanan dan minuman di Banyuwangi.
"Jamu sebagai warisan tradisi leluhur Indonesia mempunyai potensi pasar yang sangat besar. Karena itu pihaknya memfasilitasi para pelaku usaha jamu untuk dididik dan dilatih bagaimana cara mengemas dan memproduksi jamu yang baik. Pemasaran jamu bisa diintegrasikan dengan pengembangan sektor pariwisata yang ada di Banyuwangi. Tentu saja dengan kemasan yang lebih bagus dan jaminan proses produksi yang higienis," ujar Abdullah.
Menurut dia, minuman jamu ini akan menjadi minuman unggulan bagi wisatawan di Banyuwangi. Bahkan, pihaknya telah membiasakan pegawai di Pemkab Banyuwangi minum jamu yang menyehatkan, setiap Jumat. "Dinas terkait nantinya bakal memfasilitasi pelaku usaha jamu untuk bisa hadir di event-event wisata dan destinasi wisata. Botol yang digunakan penjual jamu gendong kan persis dengan botol yang biasa digunakan penjaja jamu eceran. Kalau perlu itu diganti botol dengan model yang lebih unik dan bagus," jelas dia.
Ia juga akan meminta dinas terkait untuk memfasilitasi botol-botol baru ebih menarik, seperti ada tempelan stiker khas Banyuwangi. Tahun depan, terang da, stiker seperti itu bisa tersalurka ke penjual jamu gendong.
Penjual jamu gendong yang sebagian besar ibu-ibu tersebut telah mendapat bekal pengetahuan memproduksi jamu yang higienis dan menyehatkan, oleh Direktur Pengobatan Herbal Indonesia, Mauizzati Purba. Mauzzati menyampaikan jamu gendong yang notabene produk minuman kesehatan segar tidak boleh menggunakan bahan-bahan kimia. "Obat-obatan tidak boleh dicampur ke minuman kesehatan. Jamu gendong sebaiknya sekali buat langsung habis. Tidak boleh diinapkan karena khasiatnya sudah berubah," tutur dia.
Selain itu, pedagang jamu juga harus memperhatikan keamanan minuman. Artinya, terang dia, selama proses pembuatan jamu ibu-ibu harus menggunakan masker penutup mulut agar bakteri yang ada dalam tubuh manusia tak berpindah ke jamu. Begitu juga dengan peralatan harus higienis dan steril. Misalkan, papar dia, botol kaca sebagai wadah jamu harus steril dengan terebus air panas.
Dokter Renat Yosi Bayu Murti, dari BPOM menambahkan, sementara itu, bimbingan teknis kepada ikot, peserta yang terdiri atas para pemilik industri kecil jamu tradisonal diberi pelatihan pemilahan bahan-bahan untuk jamu kemasan.
"Selain itu, ada pelatihan ekstraksi dan mengambil sari bahan asli untuk dijadikan bahan obat herbal yang siap dikemas sebagai kapsul atau tablet. Yang penting untuk obat herbal atau jamu kemasan ini harus mengerti keamanan pangan. Jangan sampai dicampur bahan kimia obat ataupun narkoba," kata dokter Renat. [tar]
0 komentar