Berada dalam Ring of Fire atau wilayah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi. Membuat Indonesia sering mengalami bencana alam gempa bumi dan gunung meletus, serta termasuk bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan badai angin.
Untuk meningkatkan kapasitas individu/kelompok dalam menanggulangi bencana, memahami risiko bencana dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana demi respon yang efektif. Ijen Geopark bersama beberapa praktisi ahli kebencanaan akan gelar "Gesah Kebencanaan" dalam rangka Hari Pengurangan Risiko Bencana Internasional.
Terbuka untuk umum dan tanpa dipungut biaya. Registrasikan dirimu segera, melalui ( s.id/ijengeopark2022 ).
13 Oktober 2022 | Pukul 13.30 WIB
Di Pelinggihan Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi
#IjenGeopark #GeoparkIjen #Banyuwangi
Banyuwangi Book Fair 2022, Mulai Bazar Buku Hingga Angkat Karya Penulis dan Sastrawan Banyuwangi
By SEMANGAT BANYUWANGI - Oktober 07, 2022
Banyuwangi - Para pecinta buku dan pelajar di Banyuwangi bakal dimanjakan dengan Banyuwangi Book Fair 2022. Acara yang bertempat di Gedung Juang 1945 itu, bakal berlangsung sedari Kamis hingga Sabtu (6-15/10/2022). Ada ribuan judul buku yang tersedia dari berbagai penerbit dan jenis kajian. Mulai dari buku sastra, anak-anak, sosial-politik, agama, soft skill dan lain-lain dari berbagai penerbit nasional maupun lokal.
Kegiatan tersebut mendapat apresiasi dari Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani. Menurutnya, kegiatan tersebut dapat mendorong untuk meningkatkan literasi di tengah masyarakat Banyuwangi. “Dengan membaca buku, akan meningkatkan wawasan sekaligus kapasitas kita. Jadi, acara book fair ini sangat penting untuk meningkatkan literasi kita,” ujar Ipuk.
Kesadaran literatif itulah yang ditegaskan oleh Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi Suratno sebagai landasan untuk membangun karakter masyarakat. “Saat ini ada 4C untuk bisa membentuk masyarakat yang unggul. Di antaranya adalah masyarakat yang memiliki critical thinking, communicative, collaboration dan creative. Ini semua bisa terwujud jika dilandasi dengan kesadaran literasi,” jelasnya saat pembukaan book fair, Kamis (6/10/2022).
Dalam acara book fair sendiri, tidak hanya tersaji bazar buku. Tapi, juga diadakan serangkaian diskusi dan bedah buku karya para penulis Banyuwangi di setiap harinya. “Acara diskusinya dimulai setiap pukul 14.00 WIB dan terbuka untuk umum,” ungkap ketua panitia book fair Ayung Notonegoro.
Sebagai pembuka acara dihelat Tribute to Armaya & Hasnan Singodimayan, dua orang begawan sastra Banyuwangi. Menghadirkan para sastrawan dan budayawan Banyuwangi. Di antaranya Ketua Dewan Kesenian Blambangan Hasan Basri, Abdullah Fauzi, Fatah Yasin Noor, Taufiq Wr Hidayat serta dipandu oleh Samsudin Adlawi.
“Dua tokoh ini, merupakan sosok yang memiliki kiprah luar biasa dalam dunia sastra, budaya dan kesenian Banyuwangi,” ungkap Samsudin Adlawi saat membuka sesi diskusi.
Sosok Armaya dan Hasnan tersebut, menurut Abdullah Fauzi, sejatinya merupakan dua kutub magnet yang berlawanan. Akan tetapi, akibat tegangan itulah, justru merangsang lahirnya para sastrawan dan penulis muda Banyuwangi yang menjadi didikan keduanya. “Saya dan kawan-kawan yang ada di sini ini, lahir dari gesekan dua tokoh ini,” ujarnya.
Armaya sendiri lahir di Banyuwangi pada 10 Juni 1930. Setelah menuntaskan pendidikan dasarnya di Banyuwangi, ia melanjutkan sekolah ke SMA Santo Yosep Solo. Di sini, ia berkawan karib dengan WS Rendra. Kemudian dilanjutkan ke Jakarta dengan menempuh kuliah di Universitas Indonesia. Pergaulan selama di Solo dan Jakarta ini, mengantarkannya berkutat dalam dunia kepenulisan dan kesastraan.
“Pada tahun 1980-an beliau pulang ke Banyuwangi dan meristis Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) yang menjadi wadah kreasinya,” ungkap Fatah Yasin Noor.
“Di PSBB ini, tidak kurang ada 500 judul buku dan edisi jurnal yang telah beliau terbitkan dengan modal nyaris ditanggung secara pribadi,” imbuh Taufiq Wr Hidayat.
Sementara itu, Hasan Basri mengenang Hasnan Singodimayan sebagai sosok yang sangat dedikatif terhadap pengembangan kebudayaan Banyuwangi. “Beliau itu santri tulen alumni Gontor. Hal inilah yang mewarnai karya-karyanya. Bagaimana beliau mencoba mempertemukan nilai-nilai kebudayaan dan keislaman,” ungkapnya.
Hasnan Singodimayan lahir di Banyuwangi pada 17 Oktober 1931. Setelah menempuh pendidikan di Pesantren Modern Gontor (1955), ia terjun di dunia jurnalistik dan kesustraaan di Surabaya. Atas dedikasinya tersebut diganjar dengan berbagai penghargaan. Mulai dari Pemerintah Kabupaten, Gubernur Jawa Timur hingga dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (*)
Cegah Sampah Masuk ke Laut, Sungai Watch Target Pasang 100 Jaring di Sungai Banyuwangi
By SEMANGAT BANYUWANGI - Oktober 05, 2022
BANYUWANGI – Kolaborasi Pemkab Banyuwangi bersama NGO Sungai Watch dalam penanganan persampahan terus dilakukan. Dalam upaya mengurangi sampah di laut, Sungai Watch akan memasang 100 jaring (trash barrier) di sejumlah sungai.
Sungai Watch, NGO yang digawangi Gary Bencheghib dan Sam Bencheghib, dikenal dengan aktivitasnya yang giat membersihkan sungai.
“Hingga akhir tahun ini, kami targetkan bisa terpasang 100 jaring di sejumlah sungai, muara sungai, maupun aliran irigasi di Banyuwangi. Jaring ini berguna untuk menghadang sampah agar tidak sampai masuk ke laut,” kata Gary Bencheghib, Founder NGO Sungai Watch, saat melakukan pembersihan sampah di aliran Sungai Kali Lo, di areal destinasi wisata Pantai Marina Boom, Selasa (4/10/2022).
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani ikut bergabung dalam kegiatan kerjabakti tersebut, bersama Danlanal Banyuwangi Letkol Laut (P) Ansori, Direktur Utama PT.Pelindo Properti Indonesia (PPI) I Wayan Eka Saputra, Direktur Operasi Teknik dan Komersial PT PPI Sukariyadi Rudi, dan segenap jajaran OPD Pemkab Banyuwangi. Kegiatan ini juga melibatkan para pelajar, masyarakat, dan sejumlah relawan.
Bersama tim Sungai Watch, Bupati Ipuk dan puluhan peserta lainnya tampak terjun langsung ke aliran Sungai Kali Lo. Mereka mengumpulkan sampah dan memasukkannya ke dalam karung yang telah disiapkan. Sampah-sampah yang telah terkumpul tersebut akan dipilah di gudang sampah milik Sungai Watch.
Gary mengatakan, sejak 26 September lalu tim Sungai Watch telah melakukan pembersihan sampah di sejumlah lokasi di Pantai Marina Boom, termasuk aliran sungai Kali Lo. Total sampah yang berhasil dikumpulkan selama 8 hari pembersihan tersebut mencapai 23 ton.
“Bahkan, di hari pertama kami bisa mengumpulkan hingga 5 ton yang mayoritas adalah sampah plastik. Di antaranya plastik sachet, sterofoam, tas plastik, dan botol minuman,” papar Gary.
Gary menjelaskan, dalam kolaborasi ini Sungai Watch setiap hari akan fokus melakukan pembersihan sungai di tiga wilayah, yakni di Kecamatan Bangorejo, Muncar, dan Banyuwangi. Pembersihan dilakukan oleh 32 personil komunitas Sungai Watch bersama para relawan dari wilayah sekitar.
“Setelah sampah terkumpul, akan dibawa ke gudang kami di Bangorejo. Selanjutnya akan dilakukan pemilahan dan pendataan, terkait merk dan asal produk, sehingga kita bisa tahu polutan terbesar di sini berasal dari mana. Ini akan kita tindak lanjuti,” kata Gary.
Selain fokus pada pembersihan sampah di sungai, lanjut Gary, Sungai Watch juga melakukan tindakan preventif agar sampah-sampah plastik di sungai tidak sampai masuk ke laut. Caranya, Sungai Watch akan memasang 100 jaring sampah (trash barrier) di sejumlah lokasi, seperti kali, muara sungai, dan aliran irigasi.
Salah satu yang sudah terpasang ada di muara Sungai Kali Lo. Dalam satu minggu, lanjut Gary, pihaknya bisa mengumpulkan 660 kg sampah. Artinya, kalau dirata-rata dalam satu tahun sampah yang akan terkumpul bisa mencapai 33 ton dari satu titik ini.
“Jika semua jaring telah terpasang, tentu sampah yang berhasil kita jaring akan semakin banyak. Ini upaya untuk melindungi laut dari sampah plastik,” ujar Gary.
Bupati Ipuk berharap kolaborasi penanganan sampah ini bisa terus berlanjut. “Semoga gerakan pembersihan sungai yang kita lakukan bersama Sungai Watch ini bisa menggugah kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, utamanya ke sungai. Tanpa kesadaran dari masyarakat, tentu hasilnya tidak akan maksimal,” ujar Ipuk.
Sementara itu, Danlanal Banyuwangi Letkol Laut (P) Ansori mengapresiasi kolaborasi yang digalang pemkab bersama Sungai Watch untuk menangani sampah di sungai. Menurutnya, upaya ini akan berhasil jika dibarengi kesadaran yang tinggi dari masyarakat.
“Menjaga kebersihan adalah tanggung jawab kita bersama. Bukan hanya tugas pemerintah, namun juga harus dibarengi dengan kesadaran masyarakat,” kata Danlanal. (*)
Ada yang baru ni di rangkaian Banyuwangi Festival 2022.
Banyuwangi Posbox Underwater namanya.
Pasti temen-temen masih asing dengan yang satu ini, biasanya kotak pos yang ada di pinggir jalan lampu merah. Kali ini ada di dasar laut, tepatnya berada di kawasan konservasi terumbu karang Grand Watudodol Banyuwangi.
Penasaran bagaimana acaranya? Daripada bingung mikir mending datang langsung datang ke GWD Banyuwangi.
07 Oktober 2022
at Grand Watudodol Banyuwangi
Pukul 09.00 WIB
__
@posindonesia.ig @kemenpareraf.ri @sandiuno @ipukfdani @sugirah_bwi
__
#SemangatBanyuwangi
#Banyuwangi #MajesticBanyuwangi #BanyuwangiRebound #DiBanyuwangiAja #PosboxUnderwater