Gencarkan Sosialisasi Anti Kekerasan di Sekolah, Bupati Ipuk Turun Langsung Temui Pelajar
By SEMANGAT BANYUWANGI - Maret 17, 2023
Banyuwangi - Deretan kasus kekerasan, perundungan hingga pelecahan seksual kepada pelajar yang banyak mencuat, memantik Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani untuk menggencarkan sosialisasi percegahannya. Bahkan, ia langsung temui para pelajar untuk mensosialisasinya.
Seperti saat Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) di Watukebo, Kecamatan Blimbingsari, Kamis (16/3/2023). Ipuk memberikan penyuluhan tentang anti bulliying dan kesadaran untuk menghindari tindak kekerasan dan pelecehan seksual di SMPN 1 Atap Blimbingsari, Watukebo.
“Ayo siapa di sini yang suka membully?” tanya Ipuk kepada anak-anak.
“Mulai sekarang, tidak boleh menghina temannya ya. Apapun itu. Tidak boleh menghina orangtua, tidak boleh menghina fisik, dan lain sebagainya,” lanjut Ipuk.
Pembinaan tersebut, lanjut Ipuk, telah dilakukan secara sistematis. Semua dilibatkan. Mulai dari stakeholder hingga wali murid. “Kami telah mengajak pihak kepolisian, TNI, kejaksaan, dan para pihak lainnya untuk memerangi dosa pendidikan ini,” terang Ipuk.
Selain melibatkan stakeholder terkait untuk turut terlibat menangani, lembaga sekolah juga menjadi garda terdepan dalam pencegahan dan penindakannya. “Di sekolah-sekolah dan pesantren di Banyuwangi, kita siapkan pojok curhat. Ini wadah bagi anak-anak untuk menyampaikan problemnya,” ujar Ipuk.
Dari pojok curhat tersebut, lanjut Ipuk, kemudian memberikan keberanian bagi para peserta didik yang mengalami permasalahan. Dari keterbukaan tersebut, berbagai tindakan preventif dan penanganan bisa segera diselesaikan.
“Kami mendorong para guru tidak hanya menunggu. Tapi, harus peka terhadap kondisi murid. Jika ada yang tidak wajar, segera dekati. Berikan konseling dan problem solving,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Suratno menambahkan, upaya tersebut tidak hanya dengan Pojok Curhat. “Tapi, kami melengkapinya dengan Pekan Parenting. Dimana, kita menyatukan persepsi antara para guru dengan wali murid untuk bersama-sama memberikan pengasuhan kepada anak didik kita,” terang Suratno.
Dengan kombinasi antara para guru di sekolah, orang tua di rumah dan seluruh kesadaran stakeholder di lingkungan, akan memberikan pengawasan yang lebih optimal untuk perlindungan anak. “Ini menjadi tanggungjawab bersama,” pungkas Suratno. (*)
Kembali Ngantor di Desa, Bupati Ipuk ke Daerah Percontohan Ramah Perempuan dan Anak
By SEMANGAT BANYUWANGI - Maret 16, 2023
BANYUWANGI - Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani kembali ngantor di desa dalam program Bunga Desa (Bupati Ngantor di Desa). Kali ini, Kamis (16/3/2023), Ipuk ngantor di Desa Watukebo, Kecamatan Blimbingsari, yang merupakan pilot project model Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA).
Desa Watukebo telah ditetapkan menjadi Desa RPPA yang dicanangkan langsung oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga pada 2021 lalu.
Di desa ini Bupati Ipuk menggelontor berbagai program untuk perempuan, khsususnya kepada perempuan kepala rumah tangga. Seperti Ipuk memberikan bantuan usaha melalui program Kanggo Riko (bantuan usaha) dan Warung Naik Kelas (Wenak) pada perempuan. Ipuk mengunjungi ibu rumah tangga penjual tahu lontong, Hamsiyah, yang menjadi tulang punggung keluarga.
"Enak tahu lontongnya padahal tempatnya nyempil tidak di pinggir jalan. Semoga lancar terus usahanya," kata Ipuk usai menyerahkan bantuan tersebut.
”Kanggo Riko”, dalam bahasa Using berarti ”Untuk Anda”. Program ini fokus memberdayakan ribuan warga miskin dengan menggelontorkan dana penguatan ekonomi bagi rumah tangga miskin (RTM) yang sedang merintis usaha atau berniat meningkatkan usahanya. Per RTM mendapat Rp2,5 juta, disesuaikan dengan kebutuhan usaha mereka.
"Tahun ini Kanggo Riko diberikan untuk 1.700 RTM. 60 persen lebih kami sasarkan pada perempuan kepala rumah tangga," kata Ipuk.
Ipuk juga memberikan bantuan alat usaha kepada janda penjual rujak, Aspupah, melalui Warung Naik Kelas (Wenak).
Bupati Ipuk juga melihat langsung pelatihan usaha ibu rumah tangga berbahan dasar daur ulang. Mereka juga dilatih memilah sampah rumah tangga yang organik dan anorganik melalui bank sampah. Sampah organik tersebut lantas dibuat ecoenzym untuk diolah menjadi berbagai produk seperti sabun, pupuk, lulur, pembersih, dan lain-lain.
Ipuk menjelaskan pemkab akan terus menggulirkan program-program penguatan kapasitas perempuan dan perlindungan hak-hak anak di Banyuwangi.
"Program-program ini upaya menyelesaikan permasalahan dan pengembangan perempuan dan anak mulai dari desa. Dengan begitu, ini akan mendukung pembangunan perempuan dan anak dalam berbagai bidang," ujar Ipuk.
Ipuk menjelaskan pemkab akan terus menggulirkan program-program penguatan kapasitas perempuan dan perlindungan hak-hak anak di Banyuwangi. Mulai dari menggelar rutin Musrembang Perempuan dan Anak, serta memgintensifkan program Ruang Rindu.
Untuk mendukung program-program penguatan kapasitas perempuan dan perlindungan anak, di desa Watukebo terdapat 12 Kader Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA). Kader SAPA ini yang bertugas melakukan pendampingan pelaksanaan DRPPA. Salah satunya Putu Swatini yang sudah dua tahun menjadi Kader SAPA.
"Kami lebih ke pendampingan terkait masalah perempuan dan anak, seperti kekerasan, pernikahan dini, dan lainnya. Seperti beberapa waktu lalu ada pasangan yang berniat melakukan pernikahan dini, kami dampingi, akhirnya mereka bersedia mundur dua tahun," kata Putu. (*)